Pertolongan Tuhan Pada Titik Terendah Kehidupan Manusia
Refleksi Teologi
Injil Markus 5 : 21 - 24
Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau,datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya. dan memohon dengan sangat kepada-Nya: "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup." Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya.
Masing-masing agama punya gaya yang berbeda dalam berdoa. Ada yang berlutut, ada yang bersujud, ada yang berdiri dan banyak lagi. Gaya berdoa ini merupakan cara untuk menunjukkan bahwa seseorang sedang berada dalam komunikasi dengan Tuhan. Gaya berdoa seseorang menunjukkan rasa hormat dan percaya kepada Tuhan. Selain soal komunikasi, doa adalah jembatan yang menghubungkan manusia dengan Tuhan. Pada jembatan itu, manusia memiliki kebebasan untuk meminta apa pun kepada Tuhan. Soal permintaan itu Tuhan kabulkan atau tidak, itu hanya kita bisa tahu dalam perjalanan waktu.
Masing-masing agama juga mempunyai pemahaman yang beragam tentang berdoa. Ada yang mengajarkan berdoa semalaman untuk bisa membuat permintaannya di dengarkan oleh Tuhan, ada yang mengajarkan untuk berdoa di tengah-tengah hutan agar permohonan dari si pendoa terkabul, namun yang jadi pertanyaan adalah bagaimana cara orang Kristen Protestan di GPIB berdoa supaya permintaannya sungguh-sungguh dikabulkan Tuhan?
Pembacaan Alkitab kita hari ini memberikan gambaran dari suatu cara mengajukan permintaan yang tidak biasa kepada Tuhan. Saya katakan tidak biasa karena tidak semua orang mampu mengajukan permintaan kepada Tuhan dengan melakukan apa yang Yairus lakukan. Yairus bukan orang biasa. Ia adalah Kepala Rumah Ibadat. Jabatan itu adalah jabatan yang cukup terpandang di kalangan orang Yahudi. Namun, Yairus tidak peduli dengan jabatan yang ia miliki. Pada saat orang banyak sedang mengikuti Yesus, Yairus tentu tahu bahwa orang-orang itu mengenal dirinya. Yairus hanya peduli pada satu hal yaitu meminta pertolongan Yesus.
Dalam ayat 23, kita melihat bahwa Yairus melihat Yesus di tengah kerumunan orang. Kata melihat di sini dalam Bahasa Yunani adalah horao yang artinya melihat dan mengalami. Saat Yairus melihat Yesus, ia tidak hanya melihat, tapi Yairus mengalami sensasi lewat tatapan dengan Sang Juruselamat manusia. Sensasi yang sama bisa kita bayangkan saat orang merasa kelaparan lalu menemukan makanan lezat yang mampu menyelesaikan rasa laparnya. Sensasi itu kemudian membuat Yairus tersungkur. Kata tersungkur dalam Bahasa Yunani adalah pipto yang berarti jatuh sampai ke tanah. Yairus tersungkur karena ia tahu bahwa ia tidak layak dihadapan Tuhan Yesus. Ia tersungkur sebagai tanda penyerahan diri ke dalam kuasa dari Sang Juruselamat manusia. Penyerahan diri adalah sikap pasrah dan menyerahkan segala keputusan ada di tangan Tuhan.
Dalam ayat 23, kita lihat bahwa Yairus memohon dengan sangat kepada-Nya. Kata-kata memohon dengan sangat dalam Bahasa Yunani artinya kata-kata yang banyak. Yairus tidak hanya mengucapkan permohonan sekali saja di kaki Yesus. Besar kemungkinan bahwa Yairus mengucapkan permohonan berkali-kali di kaki Yesus. Tindakan ini menunjukkan bahwa Yairus mengakui dirinya tidak bisa melakukan apa-apa untuk keselamatan dan hidup anak perempuannya. Yairus mengakui bahwa Yesus memiliki kuasa untuk menyelamatkan dan hidup. Hanya Yesus yang mampu menyelamatkan dan memberikan kehidupan kepada anak perempuannya. Yairus begitu mencintai anak perempuannya sehingga ia meminta seperti seorang pengemis di hadapan Tuhan Yesus.
Dalam ayat 24, kita membaca bahwa Yesus tidak berkata apa-apa. Yesus tidak memberikan jawaban apa pun. Ia tidak memberikan respon sedikit. Namun, Yesus pergi bersama Yairus tanpa kata-kata. Tanpa jawaban atau kepastian apa pun, Yesus menyertai Yairus. Ini menunjukkan bahwa tidak segala permintaan harus memiliki jawaban, tetapi satu hal yang pasti saat kita meminta kepada Tuhan, maka Ia menyertai kita dalam setiap upaya kita. Pemazmur mengatakan dalam Mazmur 118 : 6, “jika Tuhan di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” Pertolongan Tuhan datang pada titik terendah dalam hidup Yairus. Saat ia tidak tahu lagi harus memohon kepada siapa, ia tidak tahu lagi bagaimana cara supaya anak perempuannya sembuh, maka pada saat itulah Yairus tahu dan sadar bahwa hanya Tuhan saja yang mampu melakukan sesuatu yang mustahil di mata manusia.
Kisah perjumpaan Yairus dan Tuhan Yesus mengajarkan kita bahwa saat kita berada dalam titik terendah dalam kehidupan kita, maka lihatlah wajah Yesus seperti yang dilakukan Yairus. Dalam titik terendah hidup ini ketika kita merasakan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menolong kita, maka angkatlah hati kita untuk melihat wajah Yesus. Tidak ada penolong yang setia selain daripada Tuhan Yesus.
Saat kita melihat wajah Yesus, selanjutnya adalah rendahkanlah dirimu di hadapan Sang Juruselamat. Rendahkan dirimu sungguh-sungguh kepada Yesus. Rendahkan diri kita dan sadari bahwa betapa pun hebatnya kita, betapa pun kaya atau kuat diri kita, itu semua tidak ada arti di hadapan Sang Juruselamat. Keselamatan dan kehidupan hanya datang dari Yesus Kristus.
Setelah kita menyadari
betapa tidak mampu dan tidak berdaya diri kita di hadapan-Nya, maka barulah
kita mengajukan permohonan kepada Tuhan Yesus. Inilah gaya atau cara berdoa
yang benar dengan Tuhan. Kita tidak mungkin sungguh-sungguh meminta kepada
Tuhan kalau kita berpikir kita masih mampu. Jika demikian, kita menjadikan
Tuhan sebagai rencana cadangan. Padahal, Tuhan Yesus adalah yang utama karena
Ia memiliki kuasa untuk menyelamatkan dan memberikan kehidupan bagi setiap
manusia. Ia juga memiliki kuasa untuk menyelamatkan dan memberikan harapan pada
titik terendah dalam kehidupan kita.
Comments
Post a Comment