Ketika Tuhan Memanggil Di Tengah-Tengah Kekeringan Iman
REFLEKSI TEOLOGIS ATAS 1 SAMUEL 3 : 1 - 10
Saat ini, kita berada di dalam masa perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan membuat masing-masing orang dapat mengakses informasi dengan mudah tentang apa pun. Setiap orang bisa menganalisis setiap peristiwa atau kejadian dengan informasi dari berbagai sosial media. Dalam masa-masa seperti ini, kemampuan rasional manusia menjadi kekuatan seperti seorang tokoh filsafat yaitu Francis Bacon berkata knowledge is power atau pengetahuan adalah kekuatan. Persoalan yang datang adalah Tuhan pun mulai dirasionalisasikan sebagai suatu mitos yang sudah ketinggalan zaman. Dampaknya terbagi dua belah pihak yaitu pihak yang membela Tuhan sebagai suatu entitas yang sungguh-sungguh ada dan pihak yang memandang bahwa Tuhan tidak lebih dari bentuk jawaban dari keputusasaan manusia yang tidak mampu menemukan penjelasan rasional atas alam semesta ini. Kuatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan membawa sebagian besar orang untuk meragukan iman percaya mereka. Situasi dan kondisi seperti ini, saya sebut sebagai masa kekeringan iman. Sebagai orang beriman, kita membutuhkan jalan keluar dari masa kekeringan iman ini. Saya membuat refleksi teologis singkat atas 1 Samuel 3 : 1 - 10. Harapan saya adalah refleksi teologis yang sederhana dan singkat ini dapat membantu setiap orang percaya untuk menyegarkan iman percaya kepada Yesus Kristus dan keluar dari masa kekeringan iman.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Samuel adalah seorang pelayan TUHAN yang bertugas di bawah pengawasan Eli. Sebagai seorang pelayan TUHAN, Samuel bertugas di Bait Allah melakukan berbagai pekerjaan sesuai dengan instruksi Eli. Samuel belum mengenal Allah (Ay. 7) karena ia belum pernah berbicara langsung dengan TUHAN Allah. Akan tetapi, kita bisa membayangkan bahwa Samuel sudah memiliki pengetahuan mendasar tentang TUHAN Allah Israel. Kata mengenal dalam Bahasa Ibrani yang digunakan dalam Alkitab adalah yada. kata yada mempunyai arti intimate atau keintiman yang juga berarti suatu hubungan yang sangat dekat dengan Allah. Samuel belum mempunyai pengalaman seperti Eli atau nabi-nabi Perjanjian Lama lainnya. Samuel belum pernah berbicara dengan Tuhan, bahkan belum pernah bertatap muka dengan Tuhan.
Dari penjelasan singkat itu, kita tahu bahwa Samuel adalah pelayan TUHAN yang sungguh-sungguh hanya memiliki pengetahuan tetapi belum memiliki pengalaman iman yaitu perjumpaan langsung dengan Tuhan. Iman Samuel sedang dalam proses untuk bertumbuh di bawah pengawasan dari Eli (Ay. 1). Dalam ayat 1 juga, kita menemukan keterangan yang sangat penting yaitu pada masa Samuel, Tuhan jarang berfirman dan jarang juga menampakkan diri. Keterangan ini sangat penting karena hal ini menjadi penghubung ke konteks post-modern saat ini. Pada saat ini, di tengah teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang pesat, kepercayaan akan Tuhan semakin menurun dan tergantikan dengan ketergantungan terhadap teknologi dan ilmu pengetahuan. Banyak orang bertanya tentang keberadaan Tuhan dan banyak orang juga yang berusaha membuktikan Tuhan itu ada. Perdebatan ini terus berlanjut tanpa kita tahu ujungnya, namun satu hal yang pasti adalah orang-orang beriman tetap berpengharapan menunggu waktu Tuhan berbicara dan berfirman secara langsung.
Kita kembali lagi pada kisah pemanggilan Samuel. Ayat 2 memberikan penjelasan bahwa Eli, mentor dari Samuel, sudah cukup lemah secara fisik. Ia tidak dapat melihat dengan baik dan berbaring di tempat tidurnya. Di sini tidak dijelaskan apakah Eli dan Samuel tidur di tempat yang sama, tetapi dari ayat 5, kita tahu bahwa Samuel harus berlari ke Eli dan itu menjadi kesimpulan sementara bahwa mereka tidak tidur di tempat yang sama. Dalam ayat 3, Samuel tidur di dalam Bait Allah. Ada fakta yang menarik yang berhubungan dengan tindakan Samuel untuk tidur di Bait Allah. Dalam kebiasaan di Timur Tengah Kuno ada suatu ritual yang disebut incubation atau inkubasi yaitu suatu latihan atau ujian yang dilakukan dengan tidur sepanjang malam di dalam kuil untuk bisa mendapatkan penglihatan ilahi atau mimpi-mimpi. Tentu saja, tidak ada keterangan secara eksplisit bahwa Samuel melakukan ritual inkubasi ini, namun mungkin saja keputusan Samuel untuk tidur di dalam Bait Allah adalah bagian dari instruksi Eli. Samuel berada di bawah pengawasan Eli sebagai mentor.
Kita masuk ke dalam ayat 5 - ayat 9 yaitu proses pemanggilan TUHAN kepada Samuel. Pertanyaan pertama adalah mengapa TUHAN tidak memanggil Eli jika Samuel belum mengenal TUHAN Allah dalam ayat 7? Jawaban dari pertanyaan ini ada pada ayat 11 - 14 yang menjelaskan bahwa TUHAN tidak berkenan lagi kepada Eli karena kesalahan yang Eli lakukan. Ini berarti bahwa panggilan TUHAN kepada Samuel adalah tanda bahwa adanya peralihan penugasan dari Eli kepada Samuel sebagai nabi yang Tuhan pilih. Tiga kali Tuhan memanggil Samuel dan tiga kali juga Samuel menjawab tanpa mengenali bahwa suara yang memanggil dirinya adalah TUHAN. Samuel berpikir bahwa yang memanggil dirinya adalah Eli sehingga ia bertanya kepada Eli. Bagian yang paling menarik adalah Eli sebagai mentor yang seharusnya paling mengenal TUHAN juga tidak dapat mengetahui dari awal bahwa TUHAN yang memanggil Samuel. Mungkin saja Eli tidak hanya kehilangan kemampuan penglihatan, tetapi juga kehilangan kemampuan untuk mengenali TUHAN yang memanggil Samuel. Akhirnya Eli mampu untuk mengetahui bahwa yang memanggil Samuel adalah TUHAN setelah dua kali Samuel bertanya kepada Eli. Namun, Eli tidak menjelaskan kepada Samuel bahwa suara itu adalah suara TUHAN. Eli memberikan perintah yang cukup jelas bagi Samuel untuk menjawab suara yang memanggil itu. Perintah itu adalah sebuah formula yang menjadi bukti bahwa Samuel siap untuk menerima panggilan Tuhan untuk dirinya. Bagian paling penting dalam formula ini adalah hambaMu ini mendengar! yang dalam Bahasa Ibrani adalah avdecha shomea. Kata mendengar berarti sungguh-sungguh memusatkan perhatian pada sesuatu, yang dalam kasus Samuel adalah fokus pada suara yang memanggil itu. Fokus berarti konsentrasi terhadap satu hal dan mengabaikan hal yang lain. Samuel memberikan diri secara utuh kepada panggilan Tuhan. Tidak ada hal lain yang lebih penting lagi selain daripada menerima panggilan TUHAN dan menjadikan panggilan itu sebagai tujuan hidup dari Samuel sendiri.
Dari kisah panggilan Samuel, kita belajar beberapa pelajaran yang bisa kita simpan sebagai pelajaran kehidupan. Pertama, ada suatu masa saat Firman Tuhan itu jarang terdengar. Kita bisa mengatakan bahwa masa-masa seperti ini adalah masa-masa yang menandakan kekeringan iman. Firman Tuhan yang jarang terjadi dan tidak ada penglihatan-penglihatan itu tidak berarti bahwa Tuhan tidak bekerja. Sebaliknya, masa itu terjadi karena fakta bahwa orang-orang mulai meragukan Tuhan atau mengalami kekeringan iman. Orang tidak lagi peduli atau bahkan merasa bahwa Tuhan mempunyai peran penting dalam kehidupan seluruh ciptaan. Orang tidak lagi sadar bahwa ada banyak hal di dalam dunia ini tidak dapat dijelaskan dengan kemampuan rasional atau akal sehat manusia. Kehadiran Tuhan dalam kehidupan manusia itu sangat penting karena Tuhan adalah sumber pengharapan di tengah keputusasaan. Tuhan adalah sumber kekuatan di tengah kelemahan dan kekurangan manusia. Tuhan juga yang memampukan manusia untuk melakukan berbagai pekerjaan-pekerjaan besar. Kekeringan iman hanya bisa diatasi dengan mencari sumber mata air dari iman itu sendiri. Mata air dari iman itu adalah Tuhan sendiri. Kedua, kita melihat bahwa Eli, sebagai nabi dan mentor Samuel, telah dua kali salah dalam mengenali suara TUHAN yang memanggil Samuel. Ini menjadi pelajaran bahwa sekalipun seseorang sudah menjalin hubungan yang dekat dengan TUHAN, bisa saja orang itu tetap tidak mengenali suara TUHAN. Jika tadi kita bicara soal kekeringan iman, maka yang dialami Eli adalah kelumpuhan iman. Tubuh Eli memang sudah semakin lemah dengan kemampuan penglihatan yang sudah tidak lagi baik. Namun, itu tidak menjadi alasan untuk tidak mengenali suara Tuhan. Eli tidak hanya mengalami kelumpuhan secara fisik tetapi ia juga mengalami kelumpuhan iman. Sebagai seorang yang beriman kepada TUHAN, kita harus terus mengasah iman kepada TUHAN. Bisa jadi kita terlalu percaya diri dengan berpikir bahwa kita mengenali suara TUHAN, padahal kita tidak sungguh-sungguh menyadari kehadiran TUHAN di sekitar kita. Saat kita mengasah iman kita kepada TUHAN, maka kita meningkatkan kepekaan dan pengenalan akan Tuhan. Cara kita mengasah iman adalah dengan rajin untuk berdoa dan datang beribadah pada waktu-waktu ibadah yang telah kita khususkan untuk Tuhan. Ketiga, pelajaran terakhir dapat kita ambil dari jawaban Samuel kepada Tuhan. Perkataan Samuel yaitu hambaMu ini mendengarkan menunjukkan ada kesungguhan hati dari Samuel untuk menjawab panggilan Tuhan. Samuel sadar bahwa ia belum mengenal siapa TUHAN Allah Israel. Ia sadar juga bahwa untuk bisa mengenal TUHAN Allah Israel berarti ia harus memberi diri secara utuh kepada Tuhan. Ia harus fokus untuk mendengarkan dan belajar dari perkataan Tuhan dengan begitu pengenalannya akan Tuhan akan meningkat. Kita pun diajak untuk meningkatkan pengenalan akan TUHAN dengan belajar dari Firman Tuhan hari ini. Saat kita belajar tentang Firman Tuhan baik lewat mendengarkan khotbah pendeta atau membaca Alkitab atau renungan, maka kita harus fokus agar kita mendapatkan pengertian dari Firman Tuhan itu sendiri. Firman Tuhan adalah sumber pengharapan dan kekuatan bagi setiap orang yang percaya untuk berhadapan dengan masa-masa saat kekeringan iman mulai terjadi.
Daftar Pustaka
Cartledge, Tony W. Smyth & Helwys Bible Commentary : 1 & 2 Samuel. Macon : Smyth & Helwys Publishing, 2001.
Long, V. Philips. Zondervan Ilustrated Bible Background Commentary : 1 & 2 Samuel. Grand Rapids : Zondervan, 2009
Comments
Post a Comment