Dua Sisi Kesetiaan

 

REFLEKSI TEOLOGIS ATAS KITAB RUT 1 : 12 - 17

Cerita rakyat adalah salah satu kekayaan yang dapat kita temukan di tiap-tiap daerah di Indonesia. Cerita rakyat adalah suatu tulisan yang menceritakan tentang kisah hidup seseorang atau sekelompok orang dari daerah tertentu. Ada cerita batu badaong dari tanah Maluku, cerita sangkuriang dari tanah Sunda, dan cerita-cerita rakyat lainnya. Cerita rakyat tidak hanya menceritakan tentang suatu peristiwa dalam kehidupan seseorang atau sekelompok orang, tetapi cerita rakyat juga mengandung pelajaran-pelajaran kehidupan yang hendak disampaikan. Kisah tentang perjalanan hidup Ruth dan Naomi juga merupakan cerita rakyat Israel yang di dalamnya ada pesan-pesan bagi tiap-tiap orang yang membacanya.

Dalam cerita Ruth dan Naomi, kita membaca bahwa kisah mereka dibuka dengan adanya bencana yaitu kelaparan di tanah Israel. Suami Naomi yaitu Elimelekh memutuskan untuk keluar dari tanah Israel untuk menghindari bencana kelaparan. Mereka pergi dengan kedua anak lelaki mereka yaitu Mahlon dan Kilyon ke tanah Moab. Sayangnya, suami Naomi justru meninggal di tanah Moab. Bencana rupanya mengikuti kehidupan Naomi. Ia tidak hanya kehilangan suami, ia juga harus kehilangan dua anak laki-lakinya yaitu Mahlon dan Kilyon. Kedua anak laki-laki Naomi masing-masing mengambil istri dari perempuan Moab yaitu Orpa dan Ruth. Nasib Naomi sungguh tidak baik-baik saja saat ia menyadari bahwa Tuhan tidak hanya membuat dirinya menjadi janda, tetapi Tuhan juga membuat kedua menantunya menjadi janda.

Sebagai seorang perempuan Israel yang tinggal di tanah Moab, Naomi menyadari bahwa tidak ada lagi alasan baginya untuk tinggal di Moab. Namun, Naomi sadar bahwa ia masih memiliki tanggung jawab atas kedua menantunya yaitu Rut dan Orpa. Ia mempunyai kewajiban untuk menemukan suami yang baru bagi mereka berdua. Menurut aturan adat Israel, Rut dan Orpa hanya bisa memiliki suami dari keturunan Naomi. Tujuannya sederhana yaitu agar nama dari keluarga Naomi tidak musnah.  Naomi menyadari bahwa ia sudah terlalu tua untuk bisa memiliki suami, bahkan sekalipun ia bisa memiliki suami, Naomi tetap meragukan bahwa dalam waktu sekejap ia dapat memiliki keturunan. Rut dan Orpa hanya akan membuang waktu mereka jika mereka harus menunggu untuk mendapatkan suami dari keturunan Naomi. Bagi Naomi, tangan Tuhan yang menentukan peristiwa pahit itu terjadi baginya, maka ia tidak ingin Rut dan Orpa ikut terseret dalam kepahitannya. Naomi meminta Rut dan Orpa untuk pergi kembali kepada orangtua mereka agar kedua menantu itu dapat menemukan suami yang baru.

Naomi, Rut dan Orpa saling berpelukan dalam tangis. Rut dan Orpa sangat mengasihi Naomi. Namun, kenyataan pahit itu memaksa Orpa dan Rut harus mengambil keputusan. Orpa memutuskan untuk mengikuti perintah Naomi, maka ia memilih untuk kembali kepada orangtuanya. Sedangkan Rut melawan perintah Naomi dan memilih untuk tinggal. Melihat Rut tidak pergi, Naomi kembali meminta Rut untuk mengikuti Orpa untuk kembali kepada orangtuanya. Orpa dan Rut adalah perempuan Moab. Mereka memiliki kepercayaan yang berbeda dari Naomi. Namun, Rut tetap bersikeras bahwa untuk tinggal bersama Naomi. Rut menyatakan bahwa hanya maut yang dapat memisahkan dirinya dengan Naomi. Rut tidak akan meninggalkan Naomi apa pun yang terjadi. Akhirnya, Naomi menyerah untuk meminta Rut pergi. Rut mengikuti Naomi pulang ke kota Betlehem. Bagian yang cukup menarik adalah jika pada bagian awal pasal 1 cerita tentang Naomi dibuka dengan bencana, maka pada bagian akhir pasal 1 cerita tentang Naomi dan Rut ditutup dengan berkat yaitu mereka tiba di Betlehem pada saat musim menuai jelai.

Dari cerita singkat di atas, ada beberapa pelajaran kehidupan yang kita dapatkan dari kisah Naomi dan kedua menantunya yaitu Rut dan Orpa. Pertama, ada perbedaan sikap antara Orpa dan Rut. Ini bukan soal salah dan benar atau baik dan buruk. Sebagian penafsir Alkitab memandang bahwa Orpa tidak setia seperti Rut. Saya justru melihat Orpa dan Rut sama-sama menunjukkan sikap setia dalam pengertian yang berbeda. 

Orpa setia karena ia  mengerti situasi Naomi. Orpa mengerti bahwa Naomi sudah lanjut usia dan tidak mampu mengemban tanggung jawab yang berat untuk mencarikan suami bagi Orpa dan Rut. Orpa sangat memahami keresahan hati dari Naomi maka ia setia dan taat pada perintah Naomi. Kesetiaan Orpa dapat kita bayangkan seperti kesetiaan seorang tentara kepada komandannya. Perintah dari komandan itu wajib dilakukan. Seorang tentara tidak boleh menolak atau lari dari perintah komandan. Ia harus menjalankan perintah itu dengan segenap jiwa raganya. Tindakan untuk taat kepada perintah itu juga bagian dari hukum Taurat yang mengatakan hormatilah ayah dan ibumu (Ul. 5 : 16). Menghormati di sana juga berarti melakukan perintah dari orangtua. Orpa memang bukan perempuan Israel yang mengenal hukum Taurat, tetapi keputusan untuk pergi meninggalkan Naomi adalah bentuk kesetiaan yaitu taat kepada perintah orangtua. Karena itulah, Orpa memilih pergi. Jika Orpa mengerti keinginan Naomi, maka Rut mengerti kebutuhan Naomi.

Rut juga menunjukkan sikap setia kepada Naomi. Namun, berbeda dengan Orpa, Rut melawan perintah Naomi karena ia mengerti bahwa sebagai perempuan lanjut usia, Naomi tidak akan kuat untuk bertahan sendiri. Apalagi Naomi baru saja mengalami peristiwa yang sangat pahit yaitu harus melihat suami dan anak-anaknya meninggal di tanah perantauan. Rut menyadari bahwa Naomi juga perempuan biasa yang membutuhkan teman untuk menguatkan dan menghibur dirinya. Kesetiaan Rut adalah kesetiaan seorang ibu kepada anaknya. Seorang ibu mengerti kebutuhan anaknya. Ia selalu menjaga dan menemani anaknya dalam suka dan duka, dalam keadaan yang pahit maupun manis. Kesetiaan seorang ibu bukan bertumpu pada ketaatan, tetapi bertumpu pada pengertian dan keterikatan yang mendalam kepada anak. Demikian juga, perasaan Rut dan Naomi yang terikat begitu kuat sampai Rut memutuskan untuk melawan perintah Naomi. Tentu saja, sikap melawan perintah ini adalah sesuatu yang buruk. Namun, Rut melawan perintah karena ia melihat kebutuhan Naomi. Ia tidak melawan perintah karena semata-mata perasaan tidak suka. Tetapi, hati Rut sudah terikat kuat dengan Naomi, meskipun Naomi tidak menyadari itu. Berdasarkan penjelasan mengenai dua sisi kesetiaan ini maka kita belajar bahwa  dari Orpa, kesetiaan itu taat pada perintah. Sedangkan, dari Rut, kita belajar bahwa kesetiaan itu berarti kita harus menemani dan menguatkan orang yang sedang melewati masa-masa pahit.

Kedua, dari pernyataan Rut dalam ayat 16 – 17, kita pun belajar arti kesetiaan yang sangat radikal. Kata radikal berasal dari bahasa latin radiks yaitu akar. Kesetiaan yang radikal adalah kesetiaan yang berujung pada maut atau kematiaan. Rut mengikat diri kepada Naomi, meskipun Naomi tidak meminta apa-apa dari Rut. Ikatan itu sangat kuat sampai Rut berani untuk mempertaruhkan seluruh hidupnya untuk menemani Naomi. Kesetiaan seperti ini juga kita temukan dalam kisah Tuhan Yesus. Ia datang ke dunia untuk memberikan hidupnya bagi orang-orang yang berada dalam penindasan. Ia datang ke dunia untuk memberikan kesegaran bagi jiwa-jiwa yang lelah berhadapan dengan kepahitan hidup. Ia tidak membiarkan kita berjalan sendirian melewati gelombang kehidupan. Tuhan Yesus menunjukkan kesetiaan-Nya kepada setiap manusia, bahkan saat manusia yang ia kasihi menyangkal dan mengkhianati diri-Nya. Kesetiaan yang radikal adalah kesetiaan yang tidak bergantung dari orang lain, tetapi kesetiaan yang berakar dari hati kita sendiri. Tidak jarang, kita baru setia saat melihat lebih dulu keuntungan yang kita dapatkan, atau tidak jarang juga, kita melihat dulu bibit bebet bobot seseorang setelah itu baru kita menentukan kesetiaan kita. Ini bukan kesetiaan yang radikal. Kita setia karena memang setia itu adalah sikap hidup kita sebagai seorang yang percaya kepada Yesus Kristus. Kita setia karena Yesus Kristus menyelamatkan kita lebih dulu tanpa melihat dosa-dosa kita. Kesetiaan yang radikal itu tertanam dalam hati kita. 

Ketiga, cerita tentang Naomi dalam Rut 1 ini dibuka dengan malapateka yaitu bencana kelaparan (Rut 1:1) dan ditutup dengan berkat yaitu musim penuaian jelai (Rut 1:22). Cerita ini memiliki akhir yang happy ending, meskipun Naomi masih berada dalam kepahitan. Bencana kelaparan itu sudah usai dan berganti dengan musim penuaian jelai. Fenomena seperti ini senada dengan judul buku dari R. A. Kartini yang berjudul habis gelap terbitlah terang. Kepahitan hidup memang bagian dari perjalanan iman seseorang bersama dengan Tuhan. Tidak pernah ada jaminan bahwa hidup bersama Tuhan itu selalu berada dalam keadaan yang baik-baik saja. Kita bisa juga membandingkan dengan kisah Ayub. Ia setia kepada Tuhan dan tidak berbuat dosa, tetapi ia harus mengalami penderitaan yang begitu berat. Seperti Ayub, Naomi juga kehilangan banyak hal. Tidak hanya suami, ia kehilangan anak-anak. Kehilangan suami berarti Naomi kehilangan seseorang yang harus menafkahi hidup sebagai seorang istri. Namun, kepahitan bukan satu-satunya bagian dalam perjalanan iman bersama Tuhan. Ia juga menyediakan berkat bagi orang-orang beriman yang telah melalui kepahitan-kepahitan hidup. Ini adalah bukit dari pemeliharaan Tuhan (providentia dei) dalam kehidupan masing-masing orang. Hidup itu dinamis dan penuh dengan tantangan serta rintangan. Air mata dan gelak tawa silih berganti datang dalam kehidupan. Kita tidak selalu menangis karena ada momen juga saat kita akan tertawa dan bersukacita. Dinamika kehidupan memberikan keseimbangan bagi tiap-tiap orang beriman. Dinamika kehidupan juga memberikan pelajaran iman bagi orang percaya bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan kita memikul beban yang begitu berat. Ada waktu saat Tuhan mengangkat beban yang berat itu dan memberikan kita waktu untuk bersantai dan beristirahat.

Daftar Pustaka

Roop, Eugene F. Believers Church Bible Commentary : Ruth, Jonah, Esther. Scottsdale : Herald Press, 2002.

Sakenfeld, Katharine Doob. Ruth : Interpretation A Bible Commentary For Teaching and Preaching. Louisville : John Knox Press, 1999.

Comments

Popular posts from this blog

Pemulihan Atas Hubungan Yang Rusak

Dari Ritual Menuju Aktual : Mencari Tuhan Melalui Kata dan Perbuatan yang Baik Dalam Kehidupan Sehari-Sehari