IMAN YANG MENGHADIRKAN SUKACITA

INJIL LUKAS 1 : 39 - 45

 Pengantar 

Kitab Lukas adalah kitab yang ditulis oleh seorang yang bernama Lukas. Ia merupakan sahabat dari Rasul Paulus. Lukas adalah seorang yang memiliki pendidikan sangat baik dalam bidang kesehatan. Dapat dikatakan bahwa ia adalah seorang dokter yang ikut ambil bagian dalam pelayanan yang dilakukan oleh Rasul Paulus dan murid-murid Tuhan Yesus. Namun, Lukas tidak pernah bertemu dengan Tuhan Yesus. Ia menulis Injil Lukas dengan menggali informasi dari saksi-saksi mata yang langsung melihat dan merasakan pelayanan dari Tuhan Yesus. 

Injil Lukas ini ditujukan bagi seorang teman Lukas yang bernama Teofilus. Menarik untuk diperhatikan bahwa nama Teofilus mempunyai arti sahabat Allah. Kita bisa menganggap Teofilus ini sebagai pribadi, tetapi juga bisa sebagai simbol dari tiap-tiap orang yang hidup di dalam kehendak Allah sebagai sahabat Allah. Lukas ingin memberikan informasi menyeluruh tentang kisah Yesus Kristus kepada Teofilus.   

Injil Lukas berbeda dengan Injil Markus, Injil Matius, dan Injil Yohanes dalam menyampaikan kisah tentang Yesus Kristus. Injil Lukas fokus pada kisah-kisah pelayanan Yesus Kristus pada orang-orang miskin. Injil Lukas juga menekankan bahwa kelanjutan dari perjanjian Allah dengan Israel yang berujung pada keselamatan bagi seluruh ciptaan Allah. Keselamatan itu datang dari Israel, tetapi tidak terbatas bagi Israel. Lukas tidak hanya ingin berbicara keselamatan kepada orang-orang Yahudi, tapi ia juga berbicara tentang keselamatan yang diberikan Tuhan kepada orang-orang non-Yahudi.

Injil Lukas terbagi atas beberapa bagian. Pembacaan Alkitab kita yaitu Injil Lukas 1 : 39 – 45 adalah bagian yang menceritakan tentang pertemuan Maria dan Elisabeth. Pertemuan ini bukanlah pertemuan biasa karena sementara Maria mengandung Yesus, Elisabet sedang mengandung Yohanes Pembaptis. Anak yang dikandung Elisabeth adalah sosok yang akan menjadi saudara Yesus dan juga yang membuka kesadaran orang-orang pada masa itu tentang kedatangan Kerajaan Allah. Untuk lebih memahami ayat-ayat pembacaan Alkitab kita, maka mari kita meneliti lebih dalam bersama-sama. 

Penjelasan Ayat-ayat Pembacaan Alkitab

Ayat 39 – 40    : Kisah pertemuan antara Maria dan Elisabeth dibuka dengan perjalanan yang dilakukan Maria dari Nazareth menuju salah satu kota di Yehuda yaitu Ain Karim. Perjalanan ini bukan perjalanan biasa karena jarak yang ditempuh Maria cukup jauh. Selain itu, Maria sesungguhnya tidak diperkenankan berjalan jauh sendirian karena kehamilannya dan karena usianya yang masih sangat muda. Namun, Maria tetap bersikeras melakukan perjalanan jauh itu meskipun tanpa seorang pun menemaninya. Maria mendengarkan perkataan dari Malaikat yang diutus Tuhan dan pergi ke rumah Elisabet (Luk. 1 : 35 – 38). Maria dan Elisabet adalah satu keluarga sehingga kehamilan Elisabet adalah kabar sukacita bagi Maria. Elisabet yang sebelumnya mandul, tapi kini sedang mengandung seorang anak adalah sukacita besar bagi keluarga besar Maria dan Elisabet. Saat tiba di rumah Zakharia dan Elisabet, Maria memberi salam sebagai tanda kehadirannya di tengah-tengah keluarga Elisabet.

Ayat 41 – 44    : Salam yang diberikan Maria memberikan dampak bagi bayi yang dikandung oleh Elisabet. Suara Maria nampaknya begitu kuat sampai terdengar oleh bayi yang dikandung Elisabet. Bayi yang dikandung Elisabet adalah Yohanes Pembaptis, saudara dari Yesus Kristus. Saat bayi di dalam kandungan Elisabet melonjak maka yang dimaksudkan di situ adalah ekspresi kegirangan dari sang bayi saat mendengar suara Maria.

                        Kita harus memahami bahwa secara strata sosial, posisi Elisabet ada di atas Maria. Elisabet adalah keturunan Harun, imam besar Israel. Suami Elisabet yaitu Zakharia juga adalah imam yang bekerja di Bait Allah. Status sosial Elisabet yang tinggi rupanya tidak mempengaruhi karya keselamatan yang Allah rancang dalam pertemuan Maria dan Elisabet. Saat Elisabet merasakan lonjakan kegirangan dari bayi dalam kandungannya, maka ia pun memberikan salam kepada Maria. Di dalam salam yang Elisabet katakan, kita melihat bahwa Elisabet memandang Maria lebih tinggi dari dirinya. Ayat 42 – 43 menunjukkan bahwa Roh Kudus bekerja dalam diri Elisabet sehingga ia memahami bahwa bayi di dalam kandungan Maria adalah Juruselamat Manusia, Yesus Kristus. Elisabet menyadari bahwa Tuhan mengatur pertemuan antara dirinya dengan Maria. Ada ungkapan syukur dan berkat dalam salam yang diucapkan Elisabet kepada Maria. Ia mengucap syukur karena Tuhan memilih Maria, saudarinya, sebagai perempuan yang mengandung Yesus Kristus. Elisabet merasakan kegirangan yang luar biasa saat ia menyadari bahwa Tuhan ada di dekat-Nya. Tuhan ada di dalam kandungan Maria. Ia meninggikan Maria karena Tuhan memilih Maria dari semua perempuan yang ada di dunia ini. Dalam hal ini, status sosial tidak lagi menjadi penting karena pekerjaan tangan Tuhan tidak pernah dibatasi oleh status sosial yang merupakan hasil pemikiran manusia.

Ayat 45            : Elisabet kembali memberkati Maria karena Maria membuka telinga dan hatinya kepada Tuhan. Saat Tuhan berbicara kepada manusia dan manusia itu percaya kepada perkataan Tuhan, maka kebahagiaan akan menjadi milik manusia itu. Segala sesuatu yang Tuhan katakan adalah kepastian. Artinya, Firman Tuhan adalah mutlak dan pasti terjadi. Elisabet memuji Maria karena imannya kepada Tuhan. Dalam ayat ini, Elisabet menggunakan kata ganti ganti orang ketiga tunggal yaitu ia. Sedangkan dalam ayat 42, Elisabet menggunakan kata ganti orang pertama tunggal yaitu engkau. Perbedaan ini mau menunjukkan bahwa dalam ayat 45 ini, Elisabet menjadikan iman Maria menjadi teladan bagi orang-orang untuk percaya dan mendengarkan perkataan Tuhan. 

Pesan Pembacaan Alkitab

Perkunjungan ke rumah keluarga adalah salah satu kegiatan yang sudah biasa dilakukan tiap-tiap orang. Ketika kita berkunjung ke rumah keluarga maka perkunjungan itu menghadirkan sukacita bagi keluarga yang kita kunjungi. Dalam perkunjungan, ada perjumpaan yang memberikan rasa kebersamaan di antara setiap anggota keluarga. Rasa kebersamaan itu memberikan kekuatan karena tidak ada orang yang merasa sendiri saat mereka merasakan kebersamaan. Sukacita yang ada di tengah-tengah keluarga adalah tanda cinta kasih dan pemeliharaan dari Tuhan.

Poin penting dalam perkunjungan yang dilakukan Maria ke rumah Zakharia dan Elisabet adalah soal kehadiran yang membawa sukacita atau kegirangan. Kehadiran Maria membawa sukacita bagi Elisabet dan bayi yang dikandungnya yaitu Yohanes Pembaptis. Kita bisa berefleksi dari kehadiran yang membawa sukacita ini dengan bertanya kepada diri kita sendiri. Sudah kehadiran kita sendiri membawa sukacita bagi yang lain? Ataukah kehadiran kita justru membawa rasa tidak nyaman bagi orang lain? Pertanyaan ini menjadi suatu introspeksi bagi diri kita sendiri. Jika selama ini, kita mengharapkan Tuhan menghadirkan sukacita bagi kita, maka sejauh mana kita mau menghadirkan sukacita bagi orang lain. Dunia yang kita hidup saat ini adalah dunia yang penuh dengan kompetisi. Masing-masing orang berusaha untuk menunjukkan dirinya yang paling baik sampai-sampai membuat orang lain merasa tidak baik. Masing-masing orang berupaya untuk menunjukkan bahwa dirinya yang paling penting sampai-sampai membuat orang lain merasa mereka tidak penting. Masing-masing orang berusaha untuk menunjukkan dirinya paling bahagia sampai-sampai membuat orang lain merasa tidak bahagia. Di tengah-tengah dunia yang demikian, kisah perjumpaan Maria dan Marta ini mendorong kita untuk menyadari bahwa kehadiran kita haruslah memberikan kekuatan bagi mereka yang lemah. Kehadiran kita haruslah memberikan sukacita bagi mereka yang berada dalam dukacita. Demikian pula kehadiran Tuhan ke dalam dunia ini, Ia datang dalam rupa seorang manusia yang bernama Yesus dari Nazaret. Kehadirannya memberikan sukacita dan pengharapan bagi tiap-tiap orang.

Poin penting dalam perjumpaan Maria dan Elisabet juga berhubungan dengan rasa percaya Maria kepada Tuhan. Elisabet memuji dan memberkati Maria karena iman Maria adalah teladan bagi semua orang percaya. Maria mendengarkan dan percaya pada perkataan Malaikat yang diutus Tuhan. Iman Maria itu membuat ia kuat berjalan jauh dalam keadaan sedang mengandung, meskipun perjalanan itu pasti sungguh berat secara manusiawi. Iman Maria ini bisa menjadi dasar untuk kita mengintrospeksi diri sendiri, seberapa percayakah kita kepada Tuhan sampai kita mampu untuk melalui jalan yang begitu berat? Terkadang rasa percaya manusia kepada Tuhan bergantung pada berat atau ringan resiko yang akan dijalani. Tidak jarang kita menemukan bahwa kita memilih percaya kepada Tuhan kalau jalan yang harus kita jalani tidak begitu berat. Tiap-tiap orang menginginkan kemudahan dalam hidupnya dan itu juga menjadi kecenderungan untuk menginginkan kemudahan dalam beriman. Dari perjalanan Maria, kita belajar bahwa tidak ada yang mudah dalam beriman. Ada resiko-resiko yang harus kita ambil saat kita sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah menjanjikan kemudahan tetapi Ia menjanjikan keselamatan kepada setiap orang yang mau percaya.

Kiranya pembacaan Alkitab hari ini mendorong kita untuk belajar untuk menghadirkan sukacita di mana pun kita berada. Kiranya Roh Tuhan menguatkan kita dalam keadaan lemah agar kita tetap berupaya menjadi terang di tengah kegelapan dunia ini. Kiranya kuasa Tuhan menguatkan dan meneguhkan hati kita yang rapuh agar kita selalu percaya kepada-Nya sekalipun berat jalan yang kita tempuh. Tuhan, sumber penghiburan dan pengharapan, menguatkan kita semua dengan cinta kasih-Nya.

Daftar Pustaka

Butler, Trent C. Holman New Testament Commentary : Luke. Nashville : Broadman & Holeman Publishers, 2000.

GPIB, Majelis Sinode. SBU : Sabda Bina Umat Edisi Desember – Januari 2024. Jakarta : Biro Penerbitan GPIB, 2024.

GPIB, Majelis Sinode. SGDK : Sabda Guna Dharma Krida Desember – Januari 2024. Jakarta : Biro Penerbitan GPIB, 2024.  

Green, Joel B. The New International Commentary On The New Testament : The Gospel Of Luke. Grand Rapids : Williem B. Eerdmans Publishing, 1997.

Comments

Popular posts from this blog

Dua Sisi Kesetiaan

Pemulihan Atas Hubungan Yang Rusak

Dari Ritual Menuju Aktual : Mencari Tuhan Melalui Kata dan Perbuatan yang Baik Dalam Kehidupan Sehari-Sehari