Dari Ritual Menuju Aktual : Mencari Tuhan Melalui Kata dan Perbuatan yang Baik Dalam Kehidupan Sehari-Sehari

 Refleksi Teologis

Ibrani 13 : 13 - 16


Sahabat - Sahabat Tuhan Yesus, 

Ada pribahasa dalam Bahasa Indonesia yang berbunyi katak dalam tempurung. Pribahasa ini mempunyai arti seseorang yang terjebak dalam pikiran sendiri. Mereka yang selalu merasa diri benar. Mereka yang berpendapat dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Mereka yang hidup dengan percaya bahwa dirinya sendiri yang paling berkuasa. Mereka-mereka itu bagai seekor katak yang terjebak dalam tempurung. Pribahasa ini mempunyai hubungan dengan kehidupan kita sebagai para pengikut Tuhan Yesus. Tidak jarang, sebagai pengikut Tuhan Yesus, kita juga berprilaku seperti katak dalam tempurung. Tidak jarang, orang-orang Kristen berpikir dirinya sendiri paling benar dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Tidak jarang juga, orang Kristen menjadi hakim untuk menentukan benar dan salah untuk lain. Dalam kehidupan bergereja, ada banyak orang-orang yang merasa pendapatnya paling benar karena ia paling lama aktif dalam dunia pelayanan. Ada banyak orang yang merasa dirinya paling berjasa karena ia sudah menjadi majelis cukup lama. Orang-orang demikian membuat anggota-anggota jemaat lain merasa tidak dihargai di gereja. Orang-orang yang demikian juga adalah katak dalam tempurung. Surat Ibrani 13 : 13 - 16 mengajarkan kita untuk tidak menjadi katak dalam tempurung


Sahabat - Sahabat Tuhan Yesus, 

Penulis Kitab Ibrani sedang berupaya untuk memberikan pengajaran yang benar tentang Yesus Kristus. Tujuannya adalah untuk membuat orang-orang Kristen non-Yahudi dan Kristen Yahudi memiliki pemahaman yang benar tentang Yesus Kristus. Orang-orang Kristen non-Yahudi dan Kristen Yahudi tergoda untuk kembali kepada keyakinan mereka yang lama yaitu agama-agama Yunani Romawi atau Yahudi. Godaan itu datang karena adanya ajaran-ajaran yang salah tentang Yesus Kristus. Ajaran-ajaran itu mempengaruhi iman orang-orang Kristen kepada Yesus Kristus. 

Dalam ayat 13, penulis Kitab Ibrani mengajak para pembaca untuk pergi kepada-Nya di luar perkemahan. Kata -Nya menunjuk kepada Tuhan yang ada di luar perkemahan. Yang dimaksudkan dengan perkemahan adalah tempat tinggal dari orang-orang Israel yang ada di luar Yerusalem. Orang Israel memahami bahwa Tuhan tinggal di tengah-tengah umat-Nya. Namun, penulis Kitab Ibrani hendak menunjukkan bahwa Tuhan tidak lagi tinggal di tengah-tengah Israel saat Tuhan hadir dalam bentuk dan rupa manusia yaitu Yesus dari Nazareth. Tuhan hadir dan ikut mengambil bagian dalam penderitaan sebagai manusia. Tidak hanya itu, Tuhan juga mati di kayu salib yang menjadi tanda penebusan dosa bagi seluruh umat manusia. Penulis Kitab Ibrani mengajak kita untuk pergi keluar untuk menemukan Tuhan. Keluar dari tempat-tempat yang diyakini sebagian besar orang sebagai tempat tinggal Tuhan. Faktanya, Tuhan tidak punya tempat tinggal di dunia ini. Ia tinggal di dalam kerajaan-Nya. Saat Tuhan mengambil rupa dan bentuk seorang manusia maka Ia merendahkan diri-Nya dan menjadi hina sama seperti manusia yang berdosa. Tuhan Yesus tidak berdosa, tetapi Ia menanggung dosa-dosa manusia dan menebusnya. Ia mati dengan cara seperti manusia yang berdosa meskipun Ia tidak berdosa. Inilah yang dimaksud dengan kehinaan-Nya oleh penulis Kitab Ibrani. 

Tuhan tidak memiliki tempat tinggal di dunia ini. Tuhan Yesus menegaskan dalam Matius 8 : 20 yaitu Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Tuhan tidak hanya ada di dalam gereja. Tuhan tidak hanya ada di dalam ruang-ruang tertutup yang berisi lukisan serta patung-patung religius. Pemahaman ini mendorong setiap orang yang percaya kepada Tuhan untuk memiliki pemahaman yang berbeda tentang Tuhan. Dalam ayat 14, penulis Kitab Ibrani mengatakan bahwa kita tidak mempunyai tempat tinggal, maka kita itu menunjuk kepada para pengikut Yesus Kristus. Sama seperti Yesus selalu berkeliling untuk memberitakan injil dan mengajarkan kebenaran tentang Kerajaan Allah, maka seperti itu juga setiap pengikut Yesus didorong untuk menyatakan injil dan kebenaran tentang Yesus Kristus. Ia adalah pemilik dari kunci Kerajaan Allah. Dengan kata lain, para pengikut Yesus hanya memiliki satu tempat tinggal yang pasti yaitu Kerajaan Allah itu sendiri. kota dalam ayat 14 itu menunjuk kepada tempat Tuhan Yesus berada. Dalam Yohanes 17 : 24, Tuhan Yesus berkata Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan aku. Penulis Kitab Ibrani menyadarkan para pengikut Yesus bahwa tempat peristirahatan atau tempat tinggal dari orang-orang Kristen sesungguhnya adalah tempat Yesus berada yaitu Kerajaaan Allah sendiri. 


Sahabat - Sahabat Tuhan Yesus, 

Keluar dari ritual dan menuju kepada aktual adalah pesan yang juga hendak disampaikan kepada kita, para pengikut Yesus. Korban syukur yang seringkali dipahami sebagai cara orang-orang Yahudi menunjukkan syukur kepada Tuhan. Penulis Kitab Ibrani memberikan makna baru bagi cara bersyukur atas keselamatan yang Tuhan berikan melalui kematian Putra tunggal-Nya yaitu Yesus Kristus. Dalam ayat 15 - 17, penulis Kitab Ibrani menunjukkan bahwa cara bersyukur tidak hanya melalui korban syukur tetapi juga melalui perkataan dan perbuataan yang baik kepada sesama ciptaan Tuhan. Namun, harus dipahami bahwa penulis Kitab Ibrani tidak sedang mengajak orang-orang Kristen untuk tidak beribadah, sebaliknya penulis Kitab Ibrani sedang mengajak orang-orang Kristen untuk membuka dan memperluas cara berpikir tentang mengucap syukur. Pada bagian inilah, kita diajak untuk tidak menjadi katak dalam tempurung. Persembahan itu penting untuk pembangunan gereja dan persekutuan, tetapi itu bukan satu-satunya cara untuk mengucap syukur kepada Tuhan. Tidak ada gunanya kita memberikan persembahan jika di luar dari ibadah kita tidak berkata-kata dan bertindak dengan baik dan benar. Begitu juga sebaliknya, tidak ada gunanya kita berbuat baik dan benar bagi orang-orang di luar gereja, jika kita tidak ikut membangun persekutuan yang telah Tuhan berikan kepada kita. Kehidupan seorang Kristen haruslah berimbang secara ritual dan aktual.  

Perkataan dan perbuatan yang baik sesungguhnya adalah cara kita menunjukkan bahwa kita adalah penghuni dari Kerajaan Allah, tempat Yesus berada. Lebih dari itu, perkataan dan perbuatan yang baik membuat orang lain juga bisa merasakan sentuhan dari Kerajaan Allah itu sendiri. Kita menginginkan adanya kebaikan dalam kehidupan ini, tapi seringkali kita fokus kepada diri sendiri sampai melupakan bahwa kebaikan itu harus disebarluaskan. Tuhan sendiri tidak menahan kebaikan untuk diri-Nya sendiri. Tuhan keluar dari Kerajaan-Nya untuk membagikan kebaikan bagi setiap orang yang tidak lagi percaya pada kebaikan. 

Sahabat - Sahabat Tuhan Yesus, 

Dunia ini sudah dipenuhi dengan begitu banyak kejahatan dan keburukan. Perang terjadi di berbagai belahan dunia. Kemiskinan dan kekerasan merajalela. Di tengah situasi demikian, orang mulai hidup dengan rasa curiga. Tidak jarang, ketika seseorang menerima dan merasakan kebaikan, maka ada perasaan curiga bahwa ada udang di balik batu. Dalam situasi demikian, sebagai orang-orang Kristen, kita didorong untuk tidak jemu berkata-kata dan berbuat kebaikan. Meskipun kita hidup dalam keadaan yang sulit dan tidak mudah, namun kebaikan itu harus kita hidupkan. Saat seseorang mengucapkan kata-kata dan melakukan perbuatan yang baik, maka kebaikan itu tidak hanya dirasakan oleh orang lain. Kebaikan itu juga dirasakan oleh kita yang memberikan dan melakukan kebaikan itu. 

Penulis Kitab Ibrani juga mengajak kita untuk keluar dan menemukan Tuhan yang ada di luar. Hidup orang Kristen tidak hanya di gereja. Hubungan dengan Tuhan tidak hanya terjadi pada saat ritual ibadah, tetapi hubungan dengan Tuhan juga dinyatakan dalam kehidupan aktual. Saat kita berjumpa dengan orang-orang di sekitar kita seperti keluarga, maka di sana pun Tuhan ada. Saat kita duduk ngobrol dengan tetangga atau teman kerja, maka di sana pun Tuhan ada. Saat kita mencari Tuhan, maka itu berarti bahwa kita sedang melakukan kehendak-kehendak Tuhan dalam setiap dimensi kehidupan kita. Di mana pun kita berada, kita bisa menemukan Tuhan sejauh kita melakukan kehendak-kehendak Tuhan dalam kehidupan kita setiap hari. Kiranya Firman Tuhan menguatkan kita untuk melakukan kehendak Tuhan dalam perkataan dan perbuatan. 

Comments

Popular posts from this blog

Dua Sisi Kesetiaan

Pemulihan Atas Hubungan Yang Rusak