SEJARAH DITULIS OLEH PEMENANG, TETAPI TIDAK ADA SEJARAH TANPA ORANG-ORANG PEMBERANI

BAHAN KHOTBAH

HAKIM-HAKIM 4 : 1 - 10


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada satu kata yang disebut dengan mentalitas. Kata mentalitas mempunyai arti keadaan dan aktifitas jiwa, cara berpikir atau berperasaan. Mentalitas setiap orang berbeda-beda karena pada dasarnya mentalitas itu terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan setiap hari. Orang yang selalu menganggap mudah segala pekerjaan sehingga terbiasa menunda-nunda pekerjaan akan memiliki mentalitas pemalas. Jika diajak bekerja, maka orang itu akan menjawab nanti sampai akhirnya ia tidak pernah bekerja. Sebaliknya, orang yang tidak pernah memandang mudah segala pekerjaan sehingga terbiasa untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu akan memiliki mentalitas pekerja yang rajin. Jika diajak bekerja, maka orang itu akan segera menyetujui dan menyelesaikan pekerjaan yang diberikan.


Mentalitas bukan hanya berhubungan dengan malas dan rajin, tetapi juga berhubungan dengan takut dan berani. Bagi orang-orang yang memiliki kebiasaan berhadapan dengan tantangan dan persoalan, maka orang-orang ini memiliki mentalitas pemberani. Sebaliknya, bagi orang-orang yang selalu menghindar bahkan lari dari persoalan dan tantangan, maka orang-orang ini memiliki mentalitas penakut. Persoalannya adalah orang yang memiliki mentalitas pemberani  bisa jadi adalah orang yang nekat atau tidak memperhitungkan apa pun. Orang-orang yang nekat adalah orang-orang yang asal maju tanpa benar-benar tahu resiko yang akan dihadapi. Orang-orang demikian memang tidak memiliki mentalitas penakut, tetapi mereka memiliki mentalitas tidak pikir panjang atau sembrono.  Pertanyaannya adalah bagaimana caranya kita sebagai orang Kristen Protestan di GPIB memiliki mentalitas pemberani tapi tidak sembrono? Jawabannya ada dalam pembacaan Alkitab kita pada pagi hari ini. 


Secara singkat, Kitab Hakim-hakim menceritakan tentang perjalanan Israel sebelum menjadi suatu bangsa. Kedua belas suku Israel masih berdiri masing-masing dengan pemimpinnya yang disebut Hakim. Kata hakim di sini tidak bisa disamakan dengan hakim di pengadilan sekarang ini. Kata hakim itu menunjuk pada sosok yang tidak hanya dipercaya sebagai pengambil keputusan, tetapi juga sebagai pemimpin perang. Dalam sejarah Israel, tidak banyak hakim yang berjenis kelamin perempuan. Alasannya sederhana, masyarakat Israel adalah masyarakat yang memandang laki-laki lebih layak menjadi pemimpin, baik di dalam keluarga maupun di tengah masyarakat. Perempuan dipandang sebagai makhluk nomor dua setelah laki-laki. Kitab Hakim-Hakim 4 : 1 – 10 menunjukkan kepada kita tentang seorang perempuan yang menjadi hakim di Israel dan memimpin perang. 

Debora adalah seorang nabiah, yang berarti seorang nabi perempuan yang bertugas membantu umat Israel untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hidup mereka, entah itu persoalan rumah tangga atau persoalan di tengah masyarakat. Saat itu, Israel sedang berada dalam situasi tanpa raja. Mereka hidup dengan mengandalkan keputusan dari Debora sebagai nabiah. Debora bukan pemimpin perang, tetapi Tuhan berbicara dan memberi penglihatan kepada Debora tentang perang yang akan datang yaitu perang melawan Bangsa Kanaan (ayat 6-7). Pada saat Tuhan berbicara kepada Debora, maka Ia memanggil Barak Bin Abinoam, jenderal perang Israel pada saat itu. Debora menyampaikan perintah Tuhan kepada Barak, namun anehnya sebagai seorang jenderal, Barak tidak memperlihatkan adanya keberanian sekalipun Tuhan sudah memberi perintah. Dalam ayat 8, kita melihat keraguan Barak untuk maju berperang tanpa Debora. Keraguan Barak ini menunjukkan mentalitas penakut yang seharusnya tidak dimiliki oleh seorang jenderal. Barak adalah seorang laki-laki yang dipandang sebagai pemimpin, tetapi ia tidak memiliki mentalitas pemberani seperti Debora. Saat Barak meminta Debora ikut serta dalam perang, maka Debora menyetujui dengan mengatakan bahwa Barak tidak akan mendapatkan kehormatan dalam perang yang ia menangkan. Artinya, orang-orang Israel akan tetap mengakui Barak sebagai jenderal yang memenangkan perang, tetapi ia tidak akan dihormati karena Deboralah yang berperan besar dalam kemenangan itu. 


Dalam ayat 9, kita membaca perkataan Debora yaitu Tuhan akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan. Sisera adalah jenderal perang dari Bangsa Kanaan. Sekilas kita berpikir bahwa perempuan yang akan menangkap Sisera adalah Debora, padahal Debora bukanlah perempuan yang menangkap Sisera melainkan Yael, Istri Heber, seorang ibu rumah tangga biasa. Bayangkanlah seberapa luar biasa Tuhan merancang kemenangan Israel melalui tangan seorang perempuan biasa! Seorang ibu rumah tangga yang tidak pernah berperang! Tuhan memakai seorang perempuan biasa menjadi alat di tangan-Nya. Barak yang merupakan seorang jenderal tidak menjadi tokoh utama melainkan Debora dan Yael atas kemenangan Israel melawan bangsa Kanaan. Baik Debora maupun Yael memiliki mentalitas pemberani yang tidak sembrono. 


Mari kita kembali ke pertanyaan di awal, bagaimana caranya orang Kristen Protestan di GPIB memiliki mentalitas pemberani yang tidak sembrono? Berdasarkan pembacaan Alkitab kita malam ini, ada tiga poin penting yang menjadi jawaban bagi kita. Pertama, awali segala sesuatu dengan Tuhan. Perhatikan baik-baik, Debora bertindak untuk turut maju berperang bukan karena kemampuannya. Tetapi, Debora tahu bahwa Tuhan sudah memberi perintah dan penglihatan. Kita tahu bahwa Tuhan hanya berbicara pada orang-orang yang hidup bergaul dengan-Nya. Bergaul dengan Tuhan berarti kita mempercayakan hidup ke dalam tangan Tuhan. Setiap hari kita harus bekerja, namun jangan lupa untuk mengawal pekerjaan dan segala kegiatan dengan berdoa meminta penyertaan Tuhan. Mazmur 25 : 10 mengatakan bahwa Tuhan yang tidak pernah jauh dari orang-orang yang rendah hati. Karena itu, rendahkanlah hati di hadapan Tuhan sebelum kita memulai semua pekerjaan dan aktifitas kita supaya segala sesuatu yang kita lakukan diberkati oleh Tuhan. 


Kedua, jangan gentar sekalipun orang yang ada di sekitar kita ragu-ragu. Debora tidak memiliki keraguan meskipun Barak sebagai jenderal perang memperlihatkan keraguan. Seorang perempuan yang bukan ahli perang berhadapan dengan jenderal perang seharusnya lebih takut, namun yang terjadi adalah sebaliknya yaitu mentalitas pemberani itu tidak ditentukan oleh jabatan apa pun. Orang-orang biasa bisa memiliki mentalitas seorang jenderal. Keberanian itu datang dari iman kepada Tuhan. Segala sesuatu yang kita lakukan dengan iman kepada Tuhan akan membawa hasil yang baik. Dalam Matius 9 : 22, Yesus berkata imanmu menyelamatkanmu kepada seorang perempuan yang secara ajaib sembuh dari pendarahan. Saat kita ingin mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari, jangan kecil hati dan nyali kita hanya karena orang-orang tidak memiliki kepercayaan dan keyakinan pada kita. Ada masa dalam hidup ini saat kita harus mengambil langkah yang berani sekalipun orang lain ragu-ragu. Karena itu, melangkahlah dengan berani bersama Tuhan karena Ia adalah penjaga dan pelindung setiap langkah kita. 


Ketiga, rasa hormat itu bukan bawaan lahir tetapi rasa hormat itu suatu pencapaian dari tindakan yang berani. Dalam kebudayaan di Indonesia, ada orang-orang yang lahir dari keturunan bangsawan, contohnya mereka yang disebut sebagai keturunan ningrat di Jawa. Orang-orang demikian mendapatkan penghormatan karena mereka lahir dalam keluarga bangsawan. Tapi, mereka tidak punya pencapaian lain selain daripada keturunan bangsawan. Dalam pembacaan Alkitab kita hari ini, Debora mengatakan kepada Barak yaitu engkau tidak akan mendapat kehormatan. Menarik sekali untuk memperhatikan bahwa Debora tidak mengatakan Barak tidak akan mendapatkan kemenangan. Sangat jelas bahwa sebagai jenderal, kemenangan melawan Bangsa Kanaan akan menjadi catatan sejarah yang baik bagi Barak. Tetapi, orang-orang Israel tahu pasti bahwa kemenangan itu diperoleh bukan karena mentalitas Barak, tetapi karena mentalitas Debora yaitu mentalitas pemberani. Ada pepatah mengatakan sejarah ditulis oleh pemenang, tetapi lewat pembacaan Alkitab hari ini, kita membuat pepatah baru bahwa Sejarah memang ditulis pemenang, tetapi tidak akan ada sejarah tanpa orang-orang pemberani. 


Comments

Popular posts from this blog

Dua Sisi Kesetiaan

Pemulihan Atas Hubungan Yang Rusak

Dari Ritual Menuju Aktual : Mencari Tuhan Melalui Kata dan Perbuatan yang Baik Dalam Kehidupan Sehari-Sehari