Kesetiaan Yang Sejati Terarah Kepada Tuhan Allah
KHOTBAH IBADAH HARI MINGGU PASKAH V
18 Mei 2025
Pembacaan Alkitab : 2 Raja-Raja 2 : 1 – 2
Kitab Raja-Raja adalah kitab yang menceritakan tentang perjalanan sejarah Bangsa Israel bersama dengan Tuhan Allah. Perjalanan sejarah itu dibagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama adalah Kitab 1 Raja-Raja yang menceritakan tentang perjalanan sejarah Bangsa Israel pada masa kepemimpinan Salomo, anak dari Raja Daud, sampai kepada perebutan kekuasaan di antara anak-anak Salomo yang berujung pada terpecahnya Kerajaan Israel menjadi dua yaitu Israel Utara yaitu Yehuda dan Israel Selatan yaitu Samaria. Bagian kedua adalah Kitab 2 Raja-raja yang menceritakan perjalanan sejarah Bangsa Israel di bawah raja-raja, baik di Israel Utara maupun Israel Selatan. Dalam Kitab 2 Raja-Raja, Tuhan Allah mengutus nabi-nabi-Nya untuk berbicara tentang kehendak Tuhan atas Israel. Dosa terbesar yang seringkali muncul dalam Kitab 1 dan 2 Raja-Raja adalah para Raja Israel tidak setia kepada Tuhan dan membawa Israel dalam malapetaka yaitu murka Tuhan Allah. Dampaknya adalah kehancuran yang membawa Israel ke dalam pembuangan di Babel.
Pembacaan Alkitab kita dari Kitab Raja-Raja 2 : 1 – 2 adalah
pengantar untuk masuk ke dalam cerita perpisahan Elia dengan Elisa. Dalam ayat
1, kita membaca keterangan bahwa Tuhan memanggil Elia pulang dengan cara
menaikkan Elia ke sorga. Elia kembali kepada Tuhan bukan dengan kematian,
tetapi diangkat oleh Tuhan di tengah-tengah angin badai. Dalam cerita Alkitab,
tidak semua tokoh-tokoh Alkitab dipanggil pulang oleh Tuhan dengan cara seperti
Elia. Dua tokoh Alkitab lain yang dipanggil pulang oleh Tuhan dengan cara yang
unik adalah Henokh (Kejadian 5 : 24) yang diangkat oleh Tuhan dan Musa (Ulangan
34 : 5 – 6) yang dimakamkan sendiri oleh Tuhan di tempat yang tidak pernah
diketahui manusia mana pun. Tokoh-tokoh Alkitab seperti Henokh, Musa, dan Elia
memiliki satu kesamaan yaitu mereka bergaul sangat dekat dengan Tuhan Allah.
Dalam Kitab 2 Raja-Raja 2 : 2, Elisa mengetahui bahwa Elia akan berpisah dengan dirinya. Sebagai murid yang setia, Elisa memegang teguh kesetiaan dengan memilih untuk tidak meninggal Elia sampai saat terakhir ia diangkat oleh Tuhan ke surga. Kesetiaan Elisa adalah karakter yang selalu diperlihatkan oleh orang-orang yang berkenan bagi Tuhan Allah. Hubungan antara Elia dan Elisa mirip dengan hubungan Musa dan Yosua. Musa tidak dapat memasuki Tanah Perjanjian yang Tuhan berikan kepada Israel, tetapi Yosua dipilih Tuhan sebagai penerus untuk memimpin Israel memasuki Tanah Perjanjian. Elia tidak dapat melihat reformasi besar-besar yang dilakukan oleh Raja Yehu untuk mempertahankan kesetiaan Israel kepada Tuhan Allah, tetapi Elisa meneruskan semangat Elia dan membantu Raja Yehu menegakkan kembali kesetiaan Israel kepada Tuhan Allah (Kitab 2 Raja-Raja 10 : 18 – 35). Kesetiaan adalah sikap hidup yang langka dan hanya dimiliki oleh orang-orang yang sungguh-sungguh hidup di dalam iman kepada Tuhan Allah.
Pembacaan Alkitab kita pada pagi hari ini mau mengajarkan satu pelajaran berharga tentang arti setia yaitu kesetiaan yang sejati tidak bergantung pada orang lain dan pada diri sendiri, melainkan kepada Tuhan Allah saja. kesetiaan tidak sama dengan konsisten. Konsisten artinya perkataan dan perbuatan sama. Jika saya berkata saya pergi ke gereja setiap hari minggu dan berdoa setiap hari, maka setiap minggu saya memang pergi ke gereja dan setiap hari saya memang berdoa. Orang yang konsisten belum tentu setia karena konsistensi bergantung kepada pada pemikiran kita sebagai manusia tentang kewajiban dan hak. Saya punya kewajiban untuk bekerja dan saya punya hak untuk mendapatkan keuntungan dari pekerjaan. Saya punya kewajiban untuk pergi beribadah setiap hari minggu dan saya punya hak untuk menerima berkat Tuhan. Kesetiaan bukan soal kewajiban dan hak. Kesetiaan bukan soal perkataan dan perbuatan. Kesetiaan mengharuskan seseorang mengorbankan haknya dan sepenuhnya memikul kewajiban. Elisa telah menyelesaikan kewajibannya sebagai murid yang baik. Elia meminta Elisa untuk tidak mengikuti dirinya (Ayat 2). Elisa sesungguhnya mempunyai hak untuk tidak terikat dengan Elia. Tetapi, kesetian yang dimiliki Elisa membuat dirinya mengorbankan haknya. Ia setia mengikuti Elia sekalipun harus menderita melihat gurunya pulang ke pelukan Tuhan Allah. Kesetiaan juga tidak bergantung pada ucapan dan perbuatan seorang manusia. Seringkali kita berpikir bahwa orang yang setia adalah orang yang kata-katanya dapat dipercaya. Seringkali kita juga berpikir bahwa selama orang lain setia, maka kita pun ikut setia. Di sini letak kesalahan kita sebagai orang beriman. Saat kita percaya pada kata-kata manusia, maka kita berharap kepada manusia. Yesaya 2 : 22 mengatakan jangan berharap pada manusia karena pada dasarnya manusia selalu berubah. Kesetiaan yang sejati tidak bergantung pada orang lain dan pada diri sendiri, melainkan kepada Tuhan Allah saja. Dalam ayat 2, Elisa berkata demi Tuhan yang hidup. Perkataan ini menunjukkan bahwa Elisa menaruh segala harapannya kepada Tuhan. Ia tahu bahwa Tuhan yang menentukan jalan hidup setiap manusia. Sebagai seorang murid, Elisa tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan karena ia hanya mengikuti gurunya, Elia. Namun, pada momen perpisahan dengan gurunya, Elisa sadar bahwa hanya Tuhan Allah yang akan menentukan jalan hidupnya. Tuhan Allah memegang kendali atas perjalanan sejarah dan Elisa seperti pensil di tangan Tuhan Allah untuk menuliskan sejarah Bangsa Israel.
Dalam kehidupan kita sebagai orang beriman, ada berbagai tantangan dan persoalan yang menguji kesetiaan kita kepada Tuhan Allah. Kita diuji untuk memilih dan menentukan prioritas dalam hidup kita yaitu menjawab panggilan Tuhan Allah atau menikmati hidup yang hanya sekali dengan memuaskan keinginan-keinginan kita. Satu hal yang pasti adalah hidup yang kita miliki saat ini adalah pemberian dari Tuhan Allah. Hal yang paling menakutkan dalam kehidupan ini sesungguhnya bukan tentang kemiskinan, bukan tentang kebodohan, bukan tentang penderitaan, dan lainnya. Hal yang paling menakutkan dari hidup adalah kematian. Tidak ada yang tahu kapan, di mana, dan dengan cara seperti apa masing-masing dari kita akan berhadapan dan menerima kematian itu sendiri. Elia tidak pernah tahu bahwa ia akan diangkat oleh Tuhan, sampai Tuhan memberitahukan kepadanya. Elisa tidak pernah tahu bahwa ia akan melihat kepergiaan Elia dengan cara yang tidak biasa. Ada banyak hal yang menjadi misteri tentang kematian. Namun, kita pun tahu bahwa jika Tuhan yang memberi kehidupan, maka Tuhan juga yang memberikan kematian kepada tiap-tiap orang. Dalam minggu Paskah ke V ini, kita diingatkan kembali bahwa kematian tidak begitu menakutkan saat kita memiliki Tuhan yang bangkit dan hidup yaitu Yesus Kristus. Karena itu, dalam hidup yang hanya sekali ini, mari kita meneladani kesetiaan Elisa dengan cara mengabdikan diri kepada Tuhan Allah melalui pelayanan-pelayanan terhadap sesama, baik di gereja maupun di Masyarakat. Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Daftar Pustaka
Wray, Lissa M. Apollos Old
Testament Commentary 9 : 1 & 2 Kings. Illinois : IVP Academic, 2014.
Brueggeman, Walter. Smyth &
Helwys Bible Commentary : 1 & 2 Kings. Macon : Smyth & Helwys,
2000.
Comments
Post a Comment