Membangun Komunitas Kristen Yang Bersahabat
RENUNGAN
IBADAH HARI MINGGU KE-4 SETELAH PENTAKOSTA
1 PETRUS 3 : 8 – 12
Caracas (Baca : Karakas) adalah kota yang
terletak di Negara Venezuela. Kota ini terkenal dengan pemandangan alam yang
sangat indah. Kota ini terletak di pinggir pantai sehingga orang-orang dapat
menikmati pemandangan laut yang indah. Tidak hanya itu, Karakas adalah kota
yang penuh dengan bangunan warisan sejarah dan budaya. Ia menjadi kota yang
seringkali menjadi tujuan bagi turis datang berkunjung. Namun, di balik
keindahan dan kekayaan kota Karakas ada fakta gelap dalam kota ini. Tingkat
kejahatan dan kriminalitas di kota Karakas ini sangat tinggi. Kasus pembunuhan
dan pencurian seringkali terjadi di dalam kota Karakas. Tidak hanya itu,
tingkat kemiskinan juga tinggi di Karakas. Jumlah pengangguran yang tinggi dan
perumahan kumuh yang tidak tertata rapi di salah satu bagian kota Karakas
mendukung terjadinya tindakan-tindakan kejahatan. Lewat informasi sekilas tentang
kota Karakas ini, kita dapat menilai sementara bahwa kota Karakas memiliki
keindahan dari luar tapi tidak indah di dalamnya.
Saat kita berbicara tentang suatu kota, maka kita
tidak berbicara mengenai infrastruktur atau bangunan-bangunan juga pemandangan
alam di kota itu. Tetapi, kita juga bicara mengenai keharmonisan dari kehidupan
penduduk dalam kota itu. Sama halnya saat kita bicara tentang suatu kampung,
kita tidak hanya bicara soal bangunan-bangunan di kampung itu tetapi soal
kehidupan dari warga kampung. Karakas adalah kota yang indah dan mewah dalam
hal infrastruktur, tetapi dalam hal kehidupan dari penduduknya nampaknya tidak
begitu indah. Dalam hal inilah, Firman Tuhan pada hari ini mau mengarahkan
kita untuk meningkatkan kualitas dari kehidupan sosial atau kehidupan sebagai
kelompok Kristen Protestan GPIB (Gereja Prostestan di Indonesia Bagian Barat)
di tengah-tengah masyarakat.
1 Petrus 3 : 8 – 12 adalah surat yang ditulis oleh
Rasul Petrus kepada kelompok-kelompok Kristen yang tersebar di daerah Asia.
Rasul Petrus mengetahui bahwa ada pergumulan untuk mempertahankan nilai-nilai
Kristen dalam kehidupan kelompok-kelompok Kristen. Dalam 1 Petrus 3 : 8 ada
beberapa nilai yang menjadi dasar dalam kehidupan kelompok Kristen. Pertama,
homofron atau seia sekata. Dalam satu kelompok, ada banyak orang dan
banyak “kepala” yang berarti masing-masing orang akan berpikir dengan cara
masing-masing. Namun, jika masing-masing hanya mau menang sendiri, maka tidak
ada kedamaian melainkan hanya keributan. Seia sekata berarti masing-masing
orang saling menerima pendapat yang berbeda dan berpikir demi kelompok, bukan
untuk dirinya sendiri. Kedua, sumpathei atau seperasaan. Dalam
satu kelompok, masing-masing orang tidak hanya mempunyai pikiran yang berbeda.
Perasaan tiap-tiap orang juga berbeda-beda. Namun, jika tiap-tiap orang hanya
memikirkan perasaannya sendiri, maka kelompok itu juga tidak akan bisa bertahan
dan akan hancur. Seperasaan berarti saat satu orang merasa sukacita maka yang
lain ikut bersukacita, tapi juga saat satu orang merasa sakit dan menderita
maka yang lain juga ikut merasakan sakit dan penderitaan. Saat tiap-tiap orang
dalam kelompok merasakan rasa yang sama maka inilah yang disebut dengan
“mengasihi saudara-saudara” oleh Rasul Petrus. Ketiga, eusplagchnos (baca
: usplagnos) atau penyayang. Penyayang di sini bukan berhubungan
dengan cinta antara laki-laki dengan perempuan. Kata penyayang di sini lebih
kepada hubungan saudara yang terikat erat dan tidak dapat terpisahkan.
Penyayang berarti kita mengutamakan rasa saat kita berbicara atau bertindak
kepada orang. Kita membayangkan lebih dulu apakah kata-kata yang akan kita
ucapkan menyakiti hati orang lain atau tidak? Kita membayangkan lebih dulu
apakah tindakan akan kita lakukan akan melukai hati orang lain atau tidak?
Dengan begitu kita akan lebih berhati-hati dalam berbicara dan bertindak.
Inilah yang dimaksud dengan penyayang. Keempat, tapeinophron (baca : tapeynofron
atau rendah hati. Rendah hati di sini bukan soal mengalah. Rendah hati di sini
menunjuk pada sikap Tuhan Yesus yaitu mau mengambil bagian dalam kehidupan
orang lain (Lih. Matius 5 : 39 – 44). Suatu kelompok tidak akan dapat berdiri
apabila masing-masing orang hanya mengurusi dan mementingkan hidupnya sendiri.
Namun, saat tiap-tiap orang mau mengambil bagian dalam kehidupan orang yaitu
saling membantu, saling menjaga, saling peduli, saling menguatkan, maka
kelompok itu akan selalu bertahan melalui berbagai tantangan dan rintangan.
Kehidupan dalam suatu kelompok selalu penuh dinamika.
Tidak jarang perbuatan baik yang kita upayakan kepada orang lain tidak selalu
dibalas kebaikan. Namun, hal ini juga menjadi perhatian dari Rasul Petrus.
Dalam ayat 9 – 12, ia mengingatkan bahwa setiap keburukan dan kejahatan yang
kita terima haruslah kita tanggung dengan lapang dada. Ini adalah hal yang
sulit diterima secara manusiawi. Namun, inilah ajaran dari Yesus Kristus
yang paling mendasar yaitu kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri (lih.
Lukas 10 : 27). Kejahatan yang dibalas dengan kejahatan hanya membuat lingkaran
kejahatan semakin besar. Itu adalah kehendak dari Iblis dan bukan kehendak
Tuhan. Namun, kejahatan yang dibalas dengan kebaikan memutuskan lingkaran
kejahatan. Sebagai seorang Kristen, kita dilarang untuk melakukan pembalasan
karena pembalasan itu hanya milik Tuhan. Kitab Imamat 19 : 18 menegaskan bahwa
pembalasan dendam itu tidak boleh ada karena balas dendam itu hanya milik
Tuhan. Sebagai sesama ciptaan Tuhan, saat orang lain melakukan sesuatu yang
buruk atau jahat kepada kita, maka yang dapat kita lakukan adalah minta
keadilan dalam doa kepada Tuhan. Ia yang akan bertindak untuk memberikan
keadilan kepada kita sebagai orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat
membayangkan suatu kelompok Kristen yang terbentuk dari empat nilai yaitu seia
sekata, seperasaan, penyayang, dan rendah hati. Empat nilai ini adalah
penopang agar kelompok Kristen mampu terus bertahan melalui berbagai tantangan
dan rintangan di mana pun mereka berada. Empat ini adalah nilai dasar yang
menjadi ajaran dari Tuhan Yesus kepada setiap pengikut-Nya. Ketika keempat nilai
ini sungguh-sungguh nyata dalam suatu kelompok, maka kelompok itu akan menjadi Komunitas
Kristen yang Bersahabat.
Komunitas Kristen yang Bersahabat artinya
suatu kelompok yang tiap-tiap anggota kelompoknya memiliki nilai-nilai Kristus.
Kelompok yang tiap-tiap anggota kelompoknya memiliki hubungan erat dan saling
menjaga serta menyayangi satu dengan yang lain. Kelompok yang menunjukkan
keindahan dari hidup berdasarkan kasih Tuhan Yesus. Komunitas Kristen yang
bersahabat juga berarti kelompok yang terbuka bagi orang-orang dari luar untuk
datang dan hidup bersama-sama dengan dasar nilai-nilai dari Yesus Kristus.
Komunitas Kristen yang Bersahabat bukanlah kelompok yang tertutup dan tidak
menerima orang-orang dari luar. Sebaliknya, Komunitas Kristen yang Bersahabat adalah
kelompok yang menjadi nilai-nilai Yesus Kristus menjadi dasar untuk membuka
diri dan menjadi dirinya sebagai tempat yang nyaman bagi tiap-tiap orang datang
dan menetap. Sebagaimana perkataan dalam Lukas 13 : 29, “Dan orang akan
datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk
makan di dalam Kerajaan Allah”, Komunitas Kristen yang Bersahabat
adalah gambaran kecil dari Kerajaan Allah yang hadir di dunia ini. Tuhan Yesus
memberkati kita semua.
Comments
Post a Comment