Yesus Kristus adalah teladan yang sejati

 FILIPI 2 : 1 - 11


Dalam sosial media, ada banyak video-video yang menunjukkan tentang kehidupan seseorang. Video-video itu bisa menunjukkan rutinitas sehari-hari dari seseorang, mulai dari pagi hari saat bangun sampai malam hari saat orang itu kembali beristirahat. Tujuan dari video-video ini dibuat, selain untuk mendapatkan popularitas, juga untuk memberikan suatu teladan tentang cara menjalani kehidupan. Masing-masing tokoh atau artis dalam dunia sosial media berupaya untuk memberikan teladan tentang hidup yang baik dan benar, entah itu hidup sendiri atau bersama-sama dengan keluarga dan Masyarakat. Tidak hanya soal rutinitas atau kegiatan sehari-hari, tetapi tokoh-tokoh atau artis-artis dalam sosial media seringkali berupaya memberikan pengaruh kepada setiap orang melalui kata-kata yang diucapkan dalam video-video yang mereka buat. Contohnya, salah seorang anggota DPR yang akhir-akhir ini mengucapkan bahwa mereka yang meminta DPR dibubarkan adalah orang-orang tolol. Tentunya ini bukanlah teladan yang baik. Dalam situasi yang menunjukkan adanya begitu banyak teladan-teladan yang tersebar di sosial media, sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, kita perlu untuk bertanya kepada diri kita sendiri, siapa yang menjadi teladan dalam hidupku?

 

Teladan adalah sosok yang menjadi ukuran yang paling baik untuk menjadi contoh dan benar untuk diikuti perkataan dan perbuatannya. Penting untuk diketahui bahwa kita perlu memiliki seorang teladan dalam hidup ini agar perkataan dan perbuatan kita tidak salah atau buruk di mata orang lain. Dalam proses untuk memilih seorang teladan, kita harus sungguh-sungguh mengenali sosok yang menjadi teladan kita. Pembacaan Alkitab hari ini dalam surat Filipi memberikan penjelasan tentang sosok yang menjadi teladan yaitu Yesus Kristus. Surat Filipi adalah surat yang ditulis oleh Rasul Paulus dari dalam penjara di Roma. Dalam keadaan di dalam penjara, Rasul Paulus menulis surat ini dan memberikan kepada Timotius, muridnya, agar ia membawa surat itu kepada orang-orang Kristen di Filipi. Tujuan Rasul Paulus menulis surat Filipi untuk mengatasi persoalan yang terjadi di dalam jemaat Kristen di Filipi. Persoalan yang terjadi dalam jemaat Kristen di Filipi adalah perpecahan di dalam tubuh jemaat. Perpecahan itu terjadi karena beberapa orang di dalam jemaat saling menyombongkan dan meninggikan diri. Sikap demikian bukanlah sikap yang baik dan benar sebagai pengikut Kristus. Orang yang mempunyai sikap menyombongkan dan meninggikan dirinya sendiri adalah mereka yang tidak lagi memandang Yesus Kristus sebagai teladan.

 

Dalam pembacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus memberikan nasihat-nasihat bagi kehidupan orang-orang Kristen, bukan hanya orang-orang Kristen di Filipi, tetapi juga bagi kita yaitu umat Kristen Protestan di POSPEL Bukit Sinai Merau. Nasihat pertama, marilah kita hidup dalam kebersamaan dengan hati dan pikiran yang terarah kepada Yesus Kristus. Kita hidup sebagai satu jemaat yang diikat oleh kepercayaan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Hidup dalam kebersamaan artinya kita berusaha untuk membangun damai sejahtera bersama-sama. Kita menjaga kata-kata dan tindakan kita agar tidak merendahkan atau menghina sesama anggota jemaat. Kita berupaya agar kata-kata dan tindakan kita memberikan semangat dan keberanian untuk saling melindungi dan menjaga sesama anggota jemaat. Saat ada anggota-anggota jemaat yang sedang sakit, kita jangan ragu-ragu untuk menawarkan diri berdoa agar Tuhan memulihkan. Saat ada anggota-anggota jemaat yang sedang bersedih, kita jangan ragu-ragu untuk menghibur dan menguatkan saudara-saudari seiman kita. Nasihat kedua, mari kita meneladani kerendahan hati Yesus Kristus. Seringkali ketika kita berbicara tentang Yesus, maka pikiran kita selalu memberikan jawaban bahwa Yesus bisa melakukan apa pun karena Ia adalah Tuhan. Kita lupa bahwa Yesus tidak hanya Tuhan seutuhnya, tetapi juga manusia seutuhnya. Yesus menderita seperti manusia. Ia disiksa, dihina, dan direndahkan, meskipun Ia tidak melakukan kesalahan apa pun. Apakah Yesus membalas? Jawabannya tidak! Apakah Yesus mengutuki? Jawabannya juga tidak! Yesus menunjukkan kasih Allah yang sungguh luar biasa pada manusia-manusia yang tidak mengenal kasih. Yesus mengajarkan damai pada manusia-manusia yang hanya suka berperang dan mementingkan diri sendiri. Yesus membuktikan bahwa hidup di dalam kasih dan damai sejahtera jauh lebih memberikan ketenangan daripada hidup di dalam hawa nafsu dan ambisi yang ditawarkan dunia. Kita diajak untuk belajar dari kerendahan hati Yesus agar kita bisa membangun dan memelihara persekutuan yang sudah diberikan oleh Allah. Kita saling merendahkan hati satu dengan yang lain karena hanya Tuhan yang layak ditinggikan dan layak untuk memperoleh segala hormat dan pujian. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.  

Comments

Popular posts from this blog

Pemulihan Atas Hubungan Yang Rusak

Pertolongan Tuhan Pada Titik Terendah Kehidupan Manusia

Dari Ritual Menuju Aktual : Mencari Tuhan Melalui Kata dan Perbuatan yang Baik Dalam Kehidupan Sehari-Sehari